Minggu, 16 Maret 2025

Jangan Hidup Membosankan Dengan Terlalu Lurus



Hidup melanggar hukum dan terlalu nakal jelas ngga bagus. Banyak tingkah bikin rugi diri sendiri. Tapi yang sering saya kritik justru orang-orang yang hidupnya terlalu lurus, karena ini sama bahayanya dengan orang yang nakal banget.

Terlalu lurus bikin dirimu memandang dunia dari kacamata radikal nan sempit. Hanya hitam-putih. Salah-benar. Ini bahaya. Ibadah baik. Orang ngga sholat-pasti buruk, pasti neraka, naini alur berpikir orang yang terlalu lurus. Cuman, itu kejauhan. Efek yang tak kalah bahaya adalah: hidupmu menjadi membosankan. Ngga ada cerita yang bisa disampaikan kelak. Dan yang tak kalah berbahaya lagi: kamu kelak akan memaksakan kehendak ke anakmu supaya ikutan kaku dan hidup membosankan itu. Ke sini ngga boleh. Ikut kegiatan itu ngga boleh. Kasian.

Saya kasih tahu biar hidupmu ngga membosankan. Laiya, hidup cuman sekali, dah gitu singkat. (anggaplah usiamu mentok sampai 60), jangan bikin suram gitu.


Saya akan bicara dengan konteks mayoritas teman-teman di sini, yakni mahasiswa.

Satu semester anggaplah 4 bulan dengan 12-16 pertemuan, termasuk UTS dan UAS. Mahasiswa yang ngawur dan ngga bener adalah mereka yang sering bolos (lebih dari 4x), ngga presentasi, ngga ikut dan ngerjain UAS. Ini kriminal. Jangan begini. Titik. Sedangkan mahasiswa yang terlalu lurus akan berpikir bahwa "Oh tentu saja saya harus masuk kuliah terus tanpa bolos". Ini benar, tapi terlalu lurus begini bikin kehidupanmu di kampus bakal membosankan. Dalam rentang 16x pertemuan, sistem SIAKAD memberi toleransi absen (A) sebanyak 4x. Masa kuliah maks 3x. A ini ngga masuk tanpa ijin, tanpa keterangan apapun. Bolos secara frontal. Toleransi 4x ini tidak dihitung I (ijin) atau S (sakit).

Apalagi ini belum model yang bisa absen banyak sekaligus, ada yang yang bisa titip absen (tipsen, orangnya ngga masuk tapi titip temannya ttd), ya banyak lah. 16x kuliah masuk kelas, seharusnya janganlah masuk kelas 100% gitu. Saya tegas bilang: lugu sekali. Jatah tidak masuk 4x itu harusnya dipakai. Entah apa silakan, pokoknya jangan lebih dari 4x bolosnya. Entah itu bertepatan dengan seminar yang kamu anggap penting, ulang tahun ayahmu, nganter teman ke bandara, dll.

Bolos hanya menjadi buruk dan kriminal jika karena bolos, kamu ngga dapat nilai lalu bikin ngga lulus mata kuliah. Ini parah. Tapi bolos sekali dua kali jelas bukan sesuatu yang buruk, selama alasannya masuk akal, tidak pas tepat jadwal presentasi atau UAS. Lagian 16x masuk terus 100% kalau masuk kelas juga berakhir hapean di pojok, lah, ya mana maen.

Sesekali itu ya maen, ke luar kota, ketemu seorang teman baik atau siapapun yang hebat, memang harus keluar biaya dan tenaga, tapi itu benar-benar akan kamu syukuri kelak daripada seluruh hidupmu habis di dalam kelas perkuliahan. Yakali 4 tahun ngga pernah ikut apa gitu, volunteer, UKM, apalah. Dah gitu seringnya kulihat orang yang terlalu lurus dulu baru sadar ketika udah telat. Dulu waktu semua masih ada dianya yang ruwet sok paling rajin, giliran udah pada lulus dan pergi baru nyari "P ngopi".


Imbang ya, waktunya belajar ya belajar, waktunya maen ya maen.

Silakan nakal, yang penting ngga merusak dan merugikan diri sendiri serta orang lain, ngga melanggar hukum agama dan negara, udah itu aja batasannya. Ngga menyentuh narkotika, pergaulan bebas (seks bebas dll), aman udah

Coba siapa yang pernah dikejar anjing? Diseruduk kambing kambing atau sapi? Meski bukan pengalaman yang menyenangkan, tapi saya bersyukur dulu pernah dikejar binatang kayak gitu. Seru sekali hidup ini.


Melebihi Red Flag

Dari semua sifat buruk (istilah kekiniannya: red flag) yang ada, satu yang menurutku sangat fatal, "Lo yang salah, lo yang galak"

Penyakit ini, saya tidak tahu apa bisa disembuhkan atau tidak. Apa kamu punya teman seperti ini? Atau malah dirimu sendiri?

Dimensinya sangat luas: orang yang tidak mengakui kesalahannya, malah ngamuk dan lempar kesalahan ke orang lain, bisa dipastikan dia problematik luar dalam. Sikap ini bukan karena belum dewasa. Hanya saja, salah satu inti permasalahannya adalah kekacauan pola pikir: kamu tahu kamu salah, tapi sengaja denial. Gengsinya terlalu besar, egonya sekeras baja.

Faktor kesengajaan ini yang rumit. Sebab normalnya akal manusia itu jika tahu sesuatu itu salah, akan muncul sikap tertentu seperti menyesal, memperbaiki, dll. Akal manusia sehat akan otomatis melihat sesuatu itu salah sebagai kesalahan. Ini, akalnya bilang salah, tapi sikapnya memberikan pembelaan sebaliknya. Tidak singkron, sudah seperti barang elektronik yang masih nyala tapi tombolnya eror.

Memperbaiki kebodohan itu gampang.

Pengalamanku, saya sering melihat pembohong yang berubah jadi jujur (tentu saja, tidak semudah itu). Anak malas jadi rajin. Boros jadi hemat. Sampai pada usiaku sekarang, saya belum melihat "obat" dari sikap denial dari kesalahan ini (bahkan, meskipun kubilang pengkhianatan merupakan kejahatan nomor satu, tapi banyak juga pengkhianat yang tobat).

Di dunia profesional, sikap mengakui kesalahan menjadi sangat mahal dimiliki. Serius

Semisal di suatu proyek tim, ternyata bagianmu ada kesalahan, sebaiknya bilang terus terang ke ketua tim atau yang bertanggung jawab di situ. Biar segera diperbaiki oleh yang lain. Diam saja menjadi masalah. Tidak mengakui bahwa itu bagianmu apalagi sampai menuduh anggota lain, itu berarti kamu sendiri yang menghancurkan tim itu. Penyakit yang berbahaya sekali.

Manusia itu tempatnya salah dan lupa, itu benar. Jika salah, teledor, merusak sesuatu, apapun bentuknya, akui jika memang itu ulahmu. Ini lebih dari sekadar tanggung jawab (yang membuktikan luasnya hatimu), tapi sekaligus menyelamatkan lebih banyak hal di luar lingkaran. Kan dokter lebih mudah mengobati pasien yang langsung bilang sakitnya di mana.

Saya tidak bercanda: secantik/seganteng apapun dirimu, sehebat apapun prestasimu, jika kamu punya penyakit satu ini, Monmaap, "nilai"mu terjun bebas. Tidak berharga. Dari sudut pandang atasan atau semacamnya, lebih baik punya pegawai yang ketika melakukan eror dia langsung konfirmasi (meskipun toh misal kena potong gaji) daripada ketika salah ditegur malah ngamuk, ya tidak ada potong gaji, diusir selamanya udah.

Jika kamu memilikinya, segera diatasi. Jika tidak punya, pastikan untuk tidak pernah memilikinya. Akui saja jika salah atas suatu hal, biasa saja, diperbaiki, ada komitmen tidak mengulangi, gitu.

Apalagi dalam konteks pendidikan, jujur mengakui kesalahan dan kekurangan ke Guru, ke pelatih, ke pembimbing justru menjadi kunci suksesnya pendidikan itu. Bilang saja apa adanya kalau otakmu lelet, kalau tidak menguasai ini ini, kalau baru pertama coba, kalau kalah, kalau salah, pasien yang cepat sembuh itu yang kooperatif, bukan yang pakai topeng kepalsuan.

Yatapi seringkali kita begitu takut menyampaikan kebenaran, khawatir seseorang itu kecewa lalu pergi, melukai hatinya dan tidak memaafkan kita, ini pemikiran yang wajar bila berhubungan dengan orang yang spesial.

Tidak ada satu pun pilihan yang bebas risiko, ingat?

Tips: jika kamu melakukan suatu kesalahan lalu terus terang, eh ternyata dia memaafkan dan menghargai kejujuranmu, ini kabar baik, sebab ini berarti kamu telah menemukan seseorang yang sangat layak dijadikan kawan duduk selamanya.


Bagaimana Cara Memilih Guru Yang Tepat?

Ini panjang. Setidaknya ambil satu petunjuk dariku berikut: ada dua tipe orang hebat di dunia ini, yaitu hebat untuk dirinya sendiri, dan hebat untuk orang lain.

Tipe pertama ini bisa dijadikan Guru, dengan syarat kamu sendiri haruslah sudah hebat sejak awal. Aggaplah, kamu ingin belajar langsung dengan seorang ilmuwan sekelas Einstein, salah satu orang paling jenius di dunia itu. Einstein adalah manusia dengan level ilmu di "atas langit" sehingga untuk dapat berguru dengan baik dengannya, kamu sendiri haruslah seorang Prodigy.

Kenapa? Manusia yang terlahir jenius sejak kecil, tidak akan pernah memahami apa yang dialami oleh manusia yang berangkat dari otak pas-pasan. Ini seperti bicara tentang kemiskinan, anak yang sejak lahir sudah hidup bergelimang harta tidak akan pernah paham situasi yang diceritakan anak kost yang makan nasi dengan kecap saja.

Makanya kemarin ada pertanyaan, semacam "Apa bisa berhasil jika saya diajar privat oleh orang paling ahli matematika di dunia?" Jawabannya, bisa iya bisa tidak. lya, karena memang banyak buktinya. Tidak, karena seringkali kehebatan Guru yang dia atas langit itu tidak terjangkau oleh muridnya sendiri yang tidak bersayap.

Juga jangan lupa, tidak semua orang pintar itu bagus dalam mengajar. Keduanya berbeda dan sering terpisah. Tetapi jika kamu mengingat Rule Number 1, maka bisa jadi sebuah pengecualian: kuncinya ada di dirimu sendiri, bisa mengejar? Berani berlari tanpa henti?

Secara umum, memang anak yang potensinya besar harus ditemani oleh Guru yang levelnya di atas rata-rata. Energinya sama, bisa terkoneksi dengan cepat. Meski begitu, orang hebat dengan ratusan prestasi mentereng itu pun perlu dilihat lagi apakah dia bisa membagi kehebatannya yang melegenda, atau jangan-jangan itu memang hanya untuk dirinya sendiri saja. Yang terpenting, apakah dia mau menerimamu, anak biasa saja ini.

Misal Dewi, dia pernah duduk dengan seorang profesor yang sangat hebat. Yang dibicarakan hanya dirinya sendiri, prestasinya, karya-karyanya, ke sana ke sini, juga tentu, Dewi akhirnya tahu bahwa profesor mewajibkan mahasiswa kelasnya untuk beli bukunya dan mengutip karya tulisnya di paper tugas akhir. Hebat, untuk dirinya sendiri.

Atau ya, mudahnya lihatlah orang terpintar di kelasmu sekarang, yang paling hebat di angkatanmu, apa dia sedemikian egois untuk kamu mintai tolong agar dijelaskan beberapa pelajaran? Bisa jadi dia memang egois, takut tersaingi, tapi juga bisa jadi dia memang tidak tahu bagaimana mengajarimu. Dipastikan dulu deh.

Tipe kedua tentu mudah: kebalikannyaa

Apa bisa dimengerti? 

Catatan Kapten



Tidak Terpilih

Kalian pasti sering melihat momen semisal ada puluhan orang di satu lokasi diminta saling memilih untuk jadi tim, akan terbentuk tim orang-orang pintarn. Tentu yang hebat sudah pasti berkumpul dengan yang hebat lainnya, atau juga saling berkumpul karena sudah saling mengenal, bisa juga karena alasan yang sederhana: memilih mana yang cakep.

Itu umum terjadi, tidak bisa disalahkan begitu saja. Terjadi di banyak tempat dengan situasi yang berbeda. Itu membuat perbedaan yang jelas jika diperhatikan, bahwa selalu ada orang-orang yang tidak terpilih di sana. Duduk menyendiri bukan karena alergi terhadap manusia, tapi karena tidak terpilih.

Pernah di suatu hari, momen itu terjadi: orang-orang terpilih itu sudah sibuk berbicara dengan yang terpilih lainnya. Sirkel rangorang elit memang keren. Saya muter, lalu ikut duduk dengan satu orang di kursi belakang dekat jendela. Dia orang yang tidak terpilih yang kumaksud, bertanya kenapa saya mendatanginya, "Di sana berisik" kubilang, "Toh levelku belum sampai di sana".

Alasanku itu benar, bukan mengada-ada. Akhirnya kami ngobrol banyak dan berteman baik hingga hari ini. Alurnya sudah mirip dengan cerita cerpen, ya? Itu kulakukan sejak lama.

Kenapa? Karena untuk diterima sebagai bagian dari sirkel rangorang elit itu sulit. Mereka tidak melulu sombong, tapi selektif. Misalnya, kamu harus memiliki prestasi yang minimal sama dengan mereka agar diakui dan diterima semeja di sana. Pun jika sudah setara sekalipun, masih belum bisa masuk semudah itu. Di momen yang terbatas waktu, menurutku amat sangat rugi jika menghabiskan waktu berusaha masuk ke sirkel elit itu. Bukan orang terpilih, sederhana saja.

Coba sesekali lakukan apa yang kusampaikan ini. Sebab yang tidak terpilih tidak melulu toksik atau payah. Biasanya karena sistem, atau juga faktor-faktor lain seperti kepribadiannya yang introver (diakui atau tidak, ekstrover selalu dianggap lebih baik jika di aspek sosial), tidak bisa caper ke "atasan" atau semacamnya

Cari mereka di belakang. Tidak berkerumun di depan itu. Juga secara pertemanan jangka panjang, orang-orang yang tidak terpilih itu cenderung lebih awet. Menyenangkan sekali punya teman yang selalu jadi teman sampai nanti. Tidak terpilih ya, gapapa. Saya pun begitu

Ada satu cerita tentang ini.

Sebut saja Siti, anak yang cukup berbakat di bidangnya. Dia mendapatkan emas di event provinsi dan bersiap menuju ke perlombaan nasional. Di Jatim, biasa dilakukan pendampingan lanjutan untuk memilih siapa yang siap dilombakan ke nasional. Pendampingan ini diikuti oleh 3 peraih nilai tertinggi di lomba sebelumnya. Siti ini sudah di atas angin. Dia tekun dan dianggap siap oleh pelatihnya. Sampai suatu hari, Siti mengundurkan diri dengan alasan yang kurang jelas. Pelatihnya mencoba memaklumi, dan akhirnya naiklah nama Dewi sebagai pengganti Siti. Dewi sebelumnya meraih medali perak, pemain lama yang juga tak kalah potensial. Usianya juga lebih tua dari Siti

Waktu berlalu. Sayangnya, Dewi ini bukan anak yang tekun. Kurang giat berlatih dan terkesan menyepelekan. Hal ini membuat gusar pelatihnya, sebab cabang ini termasuk diunggulkan jadi juara di nasional. Pelatih bahkan seluruh pengurus mencoba membujuk Siti agar bersedia kembali untuk mewakili ke nasional. Dia tetap menolak, dan setelah didesak terus, terungkap alasannya mengundurkan diri

Alasannya adalah, "Sungkan"

Siti sungkan dengan Dewi, yang dia anggap seniornya ketika di tempat latihannya dulu itu. Siti merasa bahwa Dewi saja yang harus dikirim ke nasional. Dia tidak enak jika harus mengambil "jatah" itu meskipun dia sendiri peraih medali emas. Siti berpikir, "jatah" itu sebaiknya dikasih ke seniornya

Begitulah, terpilih dan tidak terpilih, manusia memang sulit dimengerti

Catatan Kapten!

Waktu



Kaidah dasarnya adalah: waktu itu berjalan ke depan

Ke depan, A ke B, ke C. Jam 1 ke jam 2. Januari ke Desember. Itu waktu

Pun jika ternyata habis jam 12 balik ke jam 1, maka udah ganti hari. Jika Desember kembali ke Januari, maka itu 2023 ganti 2024. Kemarin hari Senin, tapi Senin yang akan datang adalah Senin yang baru, bukan kembali ke Senin yang kemarin

Sekarang, kita mengerti bahwa panah waktu itu ke depan. Tidak pernah kembali ke belakang. Di sini, seharusnya, kamu mengerti bahwa:
- Meratapi kesalahan atau penyesalan masa lalu itu percuma, sebab panahnya ngga pernah bisa balik 
- Buru-buru menuju ke masa depan juga ngga bagus, sebab tanpa dipercepat, kita udah pasti ke sana

Kita pasti sering mendengar pesan dari teman kampus, "Ngga perlu buru-buru pengen cepet lulus. Nikmati yang ada sekarang, waktunya belajar ya belajar, tapi kalo temen pas weekend ngajak ngopi ya gaskan". Seperti masa sekolahmu dulu, itu selamanya ngga bakal pernah bisa diulang

Makanya kalo ada temen, entah temen kelas atau dari jauh (tamu), fokuslah ke dia. Ajak dia ngobrol dan tuker cerita. Jika kalian ngobrol asik pada 1 Januari 2023, sekarang Desember, itu udah jadi masa lalu. Tidak pernah ada jaminan Januari besok ini bisa ketemu lagi. Malah bisa jadi, itulah momen terakhir. Fokus pada momen "sekarang" bukan kemarin atau nanti

Bayangkan sekarang kamu baca tulisan ini pada hari Kamis 18 April 2024, di kelas berisi 20 anak. Itulah momen "sekarang" yang harus kamu nikmati. Silakan ngobrol, bercanda, makan bareng dll. Sebab ketika udah ganti Jum'at tanggal 19, maka Kamis itu ngga akan pernah bisa terulang

Makanya, momen pertemuan dengan orang lain haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Apalagi yang ngga satu daerah nih, misal dia dari luar kota mampir sebentar doang. Singkirkan rasa sungkan. Kalo mau tanya, tanya detik itu juga. Ngobrol, yang aktif. Jika kamu nuruti sungkan, waktumu habis percuma dan jika benar itu terakhir kali kesempatanmu ngomong langsung, maka jadilah bibit penyesalan

Juga, uang kalo habis bisa dicari. Hape rusak bisa beli lagi. Tapi waktu, kesempatan, momen, adalah hal yang selamanya ngga bisa diputar ulang. Apalagi umur, beda provinsi aja udah susah ketemu. Beda alam?

Mumpung ada kesempatan, kalo mau kasih hadiah, kasih segera. Berterima kasihlah dengan benar. Bikin seneng, minimal kasih permen. Ajak ngobrol, foto bareng, gitaran bareng, gitu hidup harusnya dinikmati

Hidup, selain harus dibikin keren, juga haruslah dibuat gembira

Catatan Kapten!


Belajar Dari Pengalaman Pahit


Apa bedanya Prodigy dengan Extraordinary? Mereka sama-sama menakjubkan, tapi yang paling mendasar perbedaan keduanya adalah kualitas dan kuantitas pengalaman pahit. Bukan kemenangan.

Misalnya Eko, si jenius yang ngga pernah gagal satu kali pun dalam akademik, tentu dia luar biasa. Tapi kejeniusannya justru membuatnya lebih rapuh bila dibandingkan dengan Joko yang katakanlah setara dengan Eko, tapi Joko pernah mengalami kekalahan telak yang membuatnya sadar bahwa dia masih banyak kelemahan.

Ingat kaidahnya: menganggap segala sesuatu itu pasti sesuai rencana adalah rencana terburuk

Sayangnya, pengalaman pahit itu sering membuat manusia menjadi lemah lalu mati. Kita menyebutnya trauma atau kapok. Anak paling brilian, paling pinter, ketika dia kalah di lomba hebat karena kekalahannya, dia udah kehilangan kepercayaan dirinya dan kepintarannya akan menguap seiring waktu. Dia akan mati sebagai anak bodoh. Tapi jika berhasil melewati batas itu, kamu bisa mengalami "kelahiran kembali" dan menjadi sangat kuat. 

Tiga sumber terkuat motivasi manusia, salah satunya adalah sumber yang panas, yakni dendam.

Kamu kalah, lalu marah ke dirimu sendiri karena bodoh, kemudian mengingat kekalahan itu sebagai momen pahit yang ngga boleh terulang. Akhirnya kamu pun belajar tekun setelah itu. Mimpi buruk itu terus kamu ingat sebagai dendam pribadi, agar ngga terulang lagi. Terdengar agak aneh, tapi inilah salah satu contoh kenapa kita tahu teman kita sedemikian konsisten terhadap suatu hal.

Sebenarnya, semakin sering kamu punya pengalaman pahit, justru itu yang membuatmu semakin kuat. Meskipun ini ngga bisa dijelaskan secara sederhana. Tapi kan beda tuh, anak yang udah kehilangan keluarganya, orang yang pernah kelaparan beberapa hari, pernah melihat atau mengalami kematian, mereka tidak lagi manusia yang sama sejak itu.

Tapi dendam juga punya sisi yang berbahaya. Banyak koruptor itu nyuri duit bukan hanya karena tamak, tapi karena di masa lalu dia sangat miskin. Artinya, pengalaman pahit juga bisa membuat anak baik jadi jahat kayak di film-film. Itu alami, meskipun ngga bisa dibenarkan juga. Seharusnya, masa lalu itu jadi pelajaran berharga, kan?

Yang sering ditemui adalah mata manusia yang kalah oleh masa lalu. Kapok dan terbunuh, sampe secara sengaja membuang bakat dan impiannya. Sedangkan orang-orang Extraordinary itu, coba tanya berapa banyak mereka mengalami kegagalan. Saya yakin mereka ngga mau ngaku, karena harga diri yang tinggi. Tapi kalo bisa membuka itu, wah

Beberapa kali secara sengaja membiarkan merasakan kekalahan. Kalo menang terus, justru bahaya, sebab merasa hebat dan hidup lancar terus, ntar ketangguhannya setipis tisu. Kalo dah kalah tuh, kita lihat apakah dia kapok atau bangkit. Jika kapok, ya cukup segitu levelnya. Ngga bisa dinaikkan. Kalo bangkit, dia mengalami kelahiran kembali, yang di sinilah titik kuncinya

Yang paling harus dihindari adalah merasa bahwa diri sendiri ngga berguna. Rasa lemah ini menjadi energi negatif yang bisa menutup akal sehat, kreativitas dan semua yang baik. Itulah kenapa perlu adanya pemantik positif. 

Ada cara yang mudah dilakukan:mengingat satu keunggulan/kemenangan/keahlian. Satu saja cukup. Validasi dirimu sendiri dengan fakta. Sombonglah secara terbatas

Misalnya, kamu masuk ke kelas dan dapat tugas presentasi pagi itu. Cari satu fakta positif yang membanggakan, misalnya, "Tugas pagi ini pasti lancar karena saya sudah baca dua buku utama topik ini" atau "Kemarin saya udah latihan presentasi ke mentorku dan dia bilang sudah bagus, jadi kali ini seharusnya juga begitu!"

Syaratnya, itu harus benar-benar fakta. Bukan angan-anganmu saja atau imajinasi kosong. Sebab jika ngga gitu, yang ada kita bakal ciut dan diinjak oleh mereka

Meskipun bisa dibilang ini ngga ribet, tapi pengaplikasiannya sulit sekali. Insekyur itu rumit. PD tidak bisa muncul tidak hanya dari rasa rendah diri, tapi juga ketakutan yang abstrak.

Ramuan yang cukup frontal: kesombongan dibutuhkan. Sekali lagi, harus terbatas. 

Cara ini banyak ditentang oleh kalangan orang-orang baik. Itu sudah jelas. Mencari titik positif untuk bangkit dan mengembalikan kepercayaan diri ini ngga mudah kalo udah terjebak di situasi yang penuh tekanan. "Motivasi saja ngga cukup" kalo kata Rhenald Kasali

Seringkali, titik itu ditemukan pada hal-hal tak terduga. Misalnya, anak yang mengetahui ibunya hadir di arena, dapat membuatnya bertarung dengan maksimal. Atau satu pesan singkat dari orang yang berharga, atau juga gelang pemberian seseorang yang menguatkan hati. Ya kalo kamu punya tingkat keimanan yang kokoh, inget punya Tuhan juga lebih dari cukup

Kamu seharusnya punya satu hal yang bisa kamu banggakan dan jadikan pegangan untuk tetap teguh. Dulu sekali, saya pernah terjebak di situasi yang membuatku benar-benar merasa sangat bodoh ngga berguna. Salah satu yang membuatku bangkit adalah satu foto lama yang mendokumentasikan satu momen yang keren. 

Ya sulit. Insekyur itu penyakit kronis yang berbahaya. Orang dengan prestasi menawan pun bisa gelap mata dan melupakan semua potensi positif itu. Ada banyak sekali orang yang prestasinya nasional, akademiknya menakjubkan, tapi ya ngga bisa bangkit

Sekali lagi kubilang, mengubah anak paling bodoh jadi pintar itu lebih mudah daripada mengubah anak insekyur jadi PD

Tips: jangan meremehkan dokumentasi. Kegiatan, sertifikat, foto sama teman, ID card atau apapun itu, simpan baik-baik. Pajang besar-besar foto/piagam itu. Kebanggaan layak untuk ditampilkan. Kalo kamu khawatir dikata sombong, cih, lemah sekali

Catatan Kapten!

Untuk yang Masih Sekolah dan yang Masih Baru Masuk Kampus


Terlalu sayang organisasi itu akan berakhir tidak baik. Angka ini nyaris 90% kejadiannya dibanyak tempat, tidak cuman dikampus saja. 

Ada cukup banyak tipe orang yang kalau dikasih tanggung jawab (seperti jabatan organisasi) dia tidak bisa nolak, tidak enakan atau karena memang kompeten. Setelah diterima, rasa tanggung jawab ini membuatnya all-in dan merasa harus mengerahkan semua yang dia miliki untuk organisasi itu. Itu adalah kebaikan yang bodoh. 

Organisasi itu bersifat transaksional, boleh tidak sepakat, tapi apapun argumentasi yang kamu lawan, tidak akan bisa mengalahkan statment ini. 

Ibaratnya, kamu mampir ke warung beli makan. Bayar 20k dapat sepiring dan minum. Jelas ya. Setelah habis dan bayar, ya selesai. Itu bukan warungmu. Jika misal token listrik warung itu, wifi atau air galonnya habis, yaitu urusan pemilik warung, bukan kamu. Bisa dipahami?. 20k tadi, adalah transaksi mengikat ke warung : kamu bayar, warung wajib kasih sesuai harga. Kamu di organisasi, sama : terikat waktu yang disebut masa jabatan. Kalau dikampus biasanya satu tahun (2 semester), ini durasi mengikat. Tidak kurang tidak lebih. 

Sesuai jobdes atau jabatan, kan jelas ya kalau kamu jadi bendahara, ya tugasnya ini, sekretaris ini, dst. Ini disebut batasan. Tapi kalau rasa terlalu sayang muncul, kamu akan merasa perlu untuk mengatasi semua permasalahan. Kamu jadi divisi humas, ada dana kurang ikut pusing, ada acara molor ikut rame, kebersamaan? Ehehehe. 

Terlalu sayang biasanya lahir dari dua hal : merasa sudah paling penting disana dan merasa kamu paling mampu disana. Berakhir, sering rapat, sering kesana kemari menyelesaikan ini itu demi organisasi, berakhir kurang istirahat, bolos kelas kuliah. Sikap All-in ini melahirkan satu penyakit MERASA BERJASA. Ini penyakitnya. Lalu, kalau ternyata juniornya tidak hormat. Ngamuk. Merasa berjasa, tumbuh ekspetasi kalau organisasi pasti kasih dia banyak hal (misal mengucapkan atau kasih hadiah ketika ultah atau wisuda). Kalo iya, ya bagus. Kalo nggak? Makan ati. Muncul perasaan tidak dihargai, lalu muak dan marah-marah sendiri. 

Laiya, yang nyuruh all-in sejak awal siapa? Warung tadi kalo token listriknya habis, ya urusan dia. Kamu pelanggan ngapain repot-repot ngisiin? 

Tapi sebenarnya, terlalu sayang justru merusak oraganisasi itu sendiri. 

Saya punya cerita tentang mahasiswa, sebut saja Eko. Dia merupakan demis dari organisasinya. Anaknya hebat, all-in tadi, pencapaiannya juga ngga bisa dianggap remeh sebab masa kepimpinannya, organisasi itu bisa meraih banyak hal besar. Masalahnya, merasa hebat ini membuatnya nampak selalu memantau kepengurusan setelahnya, bahkan setelah bertahun-tahun. Jadi kalo ada hal yang dia anggap ngga beres disana, dia telfon ketua umumnya. Intervensi alumni ke mereka yang masih aktif ini merupakan sebuah kebodohan dan kesalahan fatal sekali.

Bisa dilihat, si hebat yang udah selesai masih ikut campur, membuat generasi muda ngga bisa gerak. Kasian sekali : rasa sayang yang tang justru mengekang. Ini bisa dipake acuan : nanti kalo kamu masuk organisasi yang mode budayanya madih foedal seperti itu, maka kupastikan itu bukan organisasi yang sehat. 

Pemegang "kuasa" tertinggi ya ketum. Titik. Pengurus aktif. Kok ada "mantan" pengurus yang masih utak-atik, ya tandanya kulturnya ngga beres. 

Kalian jangan begitu ya. Daftar, ikut, kalo emang jadi pengurus, urusi dengan baik dan bertanggung jawab tapi tahu batas. Prioritas utama adalah kuliah, rapat nomor sekian. Jangan terlalu sayang sampai mengerahkan semua ke sana : ntar capek sendiri, kecewa sendiri. 

Saya sarankan minimal ikut ya, satu organisasi kampus yang kamu sukai. Niatkan cari teman yang banyak disana. Ada acara misal apa silakan ikut, biar masa kuliah ngga hampa cuman kuliah-pulang. Tahu batas. Kalo pada rebutan ketus, saling jegal berantem, ngga usah ikutan. Duduk aja nyimak dibelakang, karena ingat itu bukan warungmu. 

Kalo ditulis lebih ekstrim : bahkan jika organisasi itu hancur sekalipun, kamu sebenarnya ngga rugi apa-apa. Apalagi kalo intra kampus (UKM), itu dibawah naungan resmi kampus itu sendiri. Aman lah. 

Jadilah anggota yang tetap mengutamakan kepentingannya diri sendiri diatas kepentingan organisasi. Jangan kebalik. Tapi kalo kamu ragu dengan apa yang kutulis, silakan simpan catatan ini dan kembalilah 3-5 tahun ke depan, apakah yang saya sampaikan ini benar atau salah setelah kamu masuk dan lihat kesana. 

Yang paling kuat tentu saja ikut event, entah lomba, volunteering, magang, dan semacamnya. Perhatikan levelnya: kalo itu level provinsi ke atas, maka itu sangat-sangat kuat. Saya kasih contoh. Misal kamu mahasiswa terbaik UGM , asli ini ngeri sekali. IPK bulet 4.0, ngga bisa diremehkan. Untuk jenjang selanjutnya misal kerja atau S2, tentu sangat menunjang. Sekarang saya tanya, kuat mana wisudawan terbaik itu dengan Terbaik 1 Nasional Olimpiade Fisika? 

Mari kita pakai sudut pandang rektorat. Tiap tahun pasti lah ada wisudawan terbaik. Pasti. Ketika wisuda, namanya akan disebut dan naik panggung. Tentu Rektor dan Guru Besar serta seluruh civitas academica akan tahu, "oh si Eko ini wisudawan terbaik". Tapi, mahasiswa kampus tersebut yang bisa menyabet juara nasional tentu ngga mesti ada tiap tahun. Disini impresinya beda. 

Maksudku gini, sebaiknya kita ambil ruang lingkup yang lebih gede. Ngga masalah kalo emang kamu ngga bisa dapat wisudawan terbaik, IPK bulet, 3.5 sebenarnya udah cukup lah (angka minimal untuk beasiswa). Yang harus kamu raih sebenarnya adalah prestasi, minimal tingkat provinsi. Percaya sama saya. 

Pernah saya dengar, seorang mahasiswa lebih memilih untuk fokus kuliah agar IPK nya ngga anjlok dan meninggalkan ikut event lomba di provinsi. Wah, ini sangat disayangkan. Dia ngga paham, kalo lomba resmi seperti itu ada surat dispensasi. Artinya kuliahnya ngga bakal kena masalah, apalagi PTN. Pun jika seandainya dia juara provinsi, karir masa depannya jauh lebih terbuka. Kalo udah bicara prestasi, akan melekat selamanya. Lebih kuat dari jabatan organisasi atau IPK bulet. 

Katakanlah kamu terpilih jadi ketua himpunan mahasiswa di prodi, fakultas bahkan DEMA, wih kan keren sekali. Kuat sekalia. Tapi mari kita cek, prodi Sejarah misalnya, coba temui mahasiswa di prodi ini secara random, tanya siapa ketua prodinya, ketua fakultas atau ketua DEMA kampusnya. Kecil kemungkinan dia tau. 

Maksudku, daripada habis energi rebutan jabatan ketua, mending habis energi buat ikut lomba tingkat nasional. Kalo kamu emang mencari popularitas, jadi ketua memang keren dan terkenal, tapi lingkupnya sempit. Kalo meraih gelar juara nasional apalagi internasional, seluruh negara tau. 

Tapi tentu ini susah. Mengembangkan diri via jalur ini artinya usahanya harus lebih. Tapi kuat hasilnya. Ikut volunteer Gerakan Indonesia Mengajar ke Sulawesi atau NTB misalnya, ini sangat kuat di CV. Tapi untuk bisa masuk ke sana tentu seleksinya ketat ya. Prestasi itu nempel selamanya.

Kejar prestasi, skill yang diakui secara sah akan sangat kuat untuk masa depan. Contoh, Microsoft punya sertifikat resmi bagi siapapun yang menguasai Office (Microsoft Excel, Word dst). Berdasarkan cerita warga Quora, dia yang punya sertifikat resmi ini, apply kerja sebagai tenaga administrasi ke kantor-kantor besar ngga pake ribet. Kalian kan bisa seenaknya ngaku jago Excel kan? Buktinya?

Okelah, ngga juara nasional. Ngga pernah jadi ketua umum. IPK standar dari kampus pelosok kecil yang bahkan di Google Maps ngga ada, Tapi kalo kamu punya sertifikat IELTS 8.0, waduh, ngeri sekali ini.

Sangat tidak bijak jika kuliah cuman dipake kuliah-pulang, sayang sekali. Mumpung menyandang status mahasiswa, entah sambil kerja atau apapun itu, pastikan kamu bangun reputasi untuk dirimu sendiri. Khidmah? Jodoh? Nanti dulu. Fokus ke input. 

Catatan Kapten! 

Yang Harus Selalu Kamu Lakukan adalah Tumbuh

Tumbuh berbeda dengan perjuangan. Berjuang itu ada targetnya. Dianggap berhasil jika target didapat, dianggap gagal jika tidak dapat. Contohnya ikut lomba. Berjuang agar menang, tentu saja. Kalau berhasil, maka perjuangan itu membuahkan hasil sesuai target. Jika kalah, perjuangannya tentu tidak sia-sia, tapi targetnya gagal diraih.  


Sedangkan tumbuh yang dimaksud adalah "target" yang lebih besar. Jika perjuangan itu digambarkan naik ke sebuah gunung sampai puncak, mentok selesai sebab target sudah disitu itu. Sedangkan tumbuh, seperti biji kecil yang menjadi tunas. Tumbuh batang, semakin besar. Ranting dan daunnya makin banyak. Tidak ada target agar jadi pohon paling keren atau paling kuat, tumbuh ya tumbuh aja. 

Jika orientasi hidup dipatok pada hasil, maka ketika puncak gagal diraih, dia merasa hidup tidak berguna lagi. Atau katakanlah kamu adalah pohon beringin yang buahnya tidak bisa dimakan manusia apalagi dijual : kamu merasa gagal jadi pohon. 

Hidup memang harus diperjuangkan. Ambis jadi wisudawan terbaik, juara satu itu perlu. Tapi itu bukan tujuan inti kamu ada didunia ini. Maka seperti pohon tadi, berhenti tumbuh artinya mati. 

Pencapaian atau prestasi yang kamu inginkan akan otomatis datang sendiri kalau kamu tumbuh terus. Pohon beringin tadi, memang tidak berbuah manis seperti pohon mangga atau apel : prestasinya bukan menghasilkan buah, tapi sebagai rumah ribuan burung. Tahu alun-alun? Pasti ada dua pohon beringin. Pohon yang sakral dan keren. 

Misal begini, kamu pasang target bisa kuliah ke Eropa. Jelas, harus belajar Bahasa Inggris. Ini perjuangan. Bisa berhasil, bisa juga gagal bahkan ketika kamu udah dapat sertifikat bahasa skor tinggi sekali. Sedangkan tumbuh yang kita maksud, bahasa asing tidak dipelajari hanya untuk dapat sertifikat. Pada situasi ditolak beasiswa sekalipun, dia tetap belajar. Terus begitu, sampai tanpa disadari, levelnya sangat expert. 

Makanya, belajar itu ya dari lahir dan berhenti kalau mati. Orang yang dapat title S. Pd lalu merasa paling berpendidikan dan berhenti belajar misalnya, maka pertumbuhannya terhenti ketika dia wisuda. Usianya bertambah, tapi ilmunya tidak. Semakin tua semakin melemah lalu mati. Sedangkan coba kita ingat banyak Ilmuwan legendaris itu sampai usia 60-80 an masih produktif, malah semakin jadi, ya karena terus tumbuh. 

Tumbuh butuh konsistensi tingkat tinggi. Moodyan? Skip. 

Berbeda dengan perjuangan yang dinilai berhasil kalau target didapat, pertumbuhan ini tidak masalah walaupun sehari hanya tumbuh 0,1% saja. Misalnya, normal sehari kamu baca buku 20 halaman paper ilmiah atau buku, lalu hari ini saking capeknya jadi hanya bisa 2 halaman, itu sudah progres. Itu sudah perubahan. 

0,1% sehari, jelas tidak sama dengan dia yang berani pasang 80% sehari. Sebulan jelas tidak sama pertumbuhannya. Kamu bebas memilih berapa banyak presentase pertumbuhan itu. Bukan perlombaan, siapa cepat dia menang, tidak. Hanya saja, orang orang yang begitu hebat itu ketika ditanya, mereka selalu menambah porsi lebih. Memaksakan dirinya sampai mentok. 

Kalau hasil Evaluasi Akhir Tahunmu ini banyak kegagalan, nol pencapaian, catat itu sebagai kegagalan. Ya harus fair apa adanya. Jangan lupa ditelaah juga, setahun ini sudan berapa banyak buku dibaca, bahasa yang dipelajari, skill baru dikuasai, dll. Selama pertumbuhan stabil (walaupun tidak juara), maka kamu masih tercatat aman dalam LPJ-an. Sebab, menang-kalah, gagal-berhasil itu diakui atau tidak, juga berkaitan dengan keberuntungan dan jatah rezeki. Kalau bukan rezeki ya tidak akan dapat. Sabar aja, tenang. 

Sedangkan nol progres, itu tanda kematian. Jika pohon berhenti menumbuhkan daunnya, akarnya berhenti menyerap nutrisi dari tanah, ya itu artinya tinggal tersisa kerapuhan lalu tumbang. 
 
Jika kamu seorang penulis dan belum pernah menjuarai event apapun padahal sudah menulis setiap hari selama belasan tahun, ya gapapa, lanjut terus. Nanti "Waktumu" akan datang. 

"Pastikan kamu terus tumbuh dengan baik. Itu tugasmu sekarang. "

Catatan Kapten! 

Meningkatkan Kemampuan Otak

Seluruh tips untuk meningkatkan otak harus dimulai dari satu syarat mutlak: tubuhnya sehat. Jika dibedah lebih lanjut, maka pastikan cukup air putih. Ini hal yang paling dasar.

Kemudian perbanyak makan olahan laut. Percaya tidak percaya, jajaran pemilik otak super itu lebih banyak dipegang oleh penduduk pesisir. Boleh tidak sepakat, tapi jika bicara tentang efek masakan laut khususnya ikan, siapapun pasti sepakat kalo itu sangat baik untuk otak. 

Apakah kecerdasan bisa dibangun dari apa yang dimakan? Tentu saja. Bangunan misalnya, semennya sama, tukangnya sama, tapi pasirnya beda maka kualitas bagunan itu beda. Tau kenapa bagunan peninggalan Belanda itu bisa sang kokoh hingga hari ini? Pasirnya beda. Ini contoh kecil. Otak juga sama: Kalo yang dimakan bergizi, otak juga akan kuat. Apalagi jika itu ikan segar dari laut. Lalu, hindari segala yang merusak otak: alkohol, narkotika, melo-melo (stres), kurang tidur, dst. 

Berikut cara untuk meningkatkan otak sampe level super

1. Menghafal
Terdapat peningkatan daya pikir sangat pesat pada santri yang berhasil menghafal 30 Juz Al-Qur'an. Dulunya "lola" bisa jadi sangat beda jauh setelah hafal. Mudahnya salah satu cara paling sulit sekaligus efektif  untuk "mengganti" otak yang lelet jadi super adalah hafalan. 

Coba mulai dari hafalin Juz 30, atau tabel periodik, hafalin kosakata bahasa asing seperti Inggris, Jepang, Korea, Mandarin, hafalin jalan, dst. 

Jangan salah: IQ supir taksi di Inggris termasuk yangg tertinggi di dunia, sebab syarat untuk lolos kualifikasi supir taksi di London adalah harus hafal seluruh jalan di kota paling rumit sedunia itu. 

2. Asupan fiksi yang cukup
Kenapa selalu kurekomendasikan nonton One Piece, karena untuk seluruh kisah fiksi divisualisasikan (dibuat vidio), menurut saya belum ada yang menandingi One Piece. Kegilaan dan kreativitasnya nomor satu. Kereta di atas laut, pulau di atas awan, logia, denden mushi, semuanya di luar akal sehat. 

Nah, ini dia: di luar akal sehat

Fiksi, semakin gila, semakin tidak logis, semakin bagus untuk otak. Mind blowing ini melatih otak. Harry Potter, Narnia, atau konflik super rumit di Drakor, plot twist di film India atau animasi Disney, pokoknya bagus. Tapi jangan kebanyakan fiksi ya, karena harus imbang sama non-fiksi. 

3. Menciptakan sesuatu
Segala sesuatu yang diciptakan itu levelnya tinggi, misal gambar ilustrasi abstrak, nulis buku harian, editing vidio, merakit perangkat elektronik, apapun, jadikan kebiasaan setiap hari. 

Menulis empat baris puisi original buatanmu sendiri, itu sudah bernilai tinggi. Bagus-jelek nya nanti saja, yang penting ciptakan. Menciptakan sesuatu seperti ini merupakan kegiatan yàng sangat penting dilakukan jika ingin naik ke otak super. Inilah dunia ide. 

Catatan Kapten ! 


Lelah dan Obatnya

Macam-Macam Lelah dan Obatnya

1. Lelah fisik
Kalo lelahnya karena aktivitas fisik, obat yang paling mendasar adalah dua: makan (termasuk minum) dan tidur. Saran: jika habis kerja fisik seharian, pulang langsung mandi. Lanjut makan lalu tidur

2. Lelah karena distraksi
Lelah tipe inilah yang paling sering muncul di medsos, untuk kemudian banyak orang yang salah kaprah sehingga menyebutnya: depresi. Distraksi jelas ngga sama ama depresi. Tapi orang yang lagi kelelahan di tipe ini sering mengidentifikasi dirinya lagi depresi. Ini perlu diluruskan sekarang juga. 

Distraksi itu kelelahan yang seolah ada paku menancap di kepala, atau kakimu diborgol dengan bola besi. Capek psikis ini terasa berat di dalam, seperti pusing, dada sesak atau sensasi lainnya. Tidak melulu begitu, hilangnya motivasi (kayak seharian kayak ngga ada tenaga) diiringi tidak nyaman (entah itu kenapa),karena kamu tidak tahu ada paku di kepala atau kakimu diborgol.

Ini mirip dengan motor yang bisa jalan, bensin aman, lampu nyala, tapi ada sesuatu yang aneh ketika jalan. Ada penyakit di dalam, yakni olinya ngga pernah ganti dua tahun. Atau HP yang normal, mulus dan mahal, tapi memori internal hampir penuh. Situasi motor atau hape ini kondisinya bermasalah, meskipun toh dari luar nampak normal dan nyala berfungsi biasa aja

Tentu saja distraksi ini bisa membuka pintu-pintu depresi jika tidak segera diatasi, karena emang arahnya bisa ke sana. Kembali ke paku, borgol, oli dan penyimpanan: itulah penyakit yang menyebabkan distraksi. Kaidah dunia medisnya: obat bisa diberikan setelah penyakitnya diidentifikasi

Jika kamu merasa di situasi yang tidak nyaman tadi, perlu diketahui dulu penyebabnya. Banyak kasus ya skripsi. Memang benar ada kasus akibat mumet skripsi bikin mahasiswa stres, depresi hingga bunuh diri. Tapi depresi karena skripsi sebenarnya tidak pas, sebab skripsi bukan satu-satunya penyebab (kubilang tadi, pintu-pintu. Artinya butuh banyak sebab lain yang kompleks).

Kita anggap skripsi ini membuatmu terdistraksi. seharusnya? Jika kamu berpikir hiling ke pantai tiap Minggu itu obatnya, kamu salah total. Itu hanya memperburuk keadaan, karena kelelahan emosi negatif di dalam semakin numpuk. Skripsi itu dikerjakan, bukan pelarian via hiling. Cupu sekali.

Sebab untuk menghilangkan rasa sakit akibat paku yang menancap di kepala, ya pakunya harus dicabut. Atau kamu mau bilang solusinya ganti kepala. Nyabutnya tentu sakit, banget. Tapi sumber sakit itu hilang, maka distraksi pun hilang.

Kalo udah terdistraksi obatnya:fokus. Distraksi darimu bisa banyak sumbernya. Kalo itu berhubungan dengan akademik, hadapi, selesaikan. Kalo itu hutang dengan nominal yang luar biasa gede, fokus kerja, cicil semampumu. Kamu merusak barang temanmu, ganti, meskipun dia bilang gapapa, pokoknya ganti semampumu. Jangan pelihara beban emosional itu di alam bawah sadar apalagi melarikan diri dengan hiling, foya-foya atau apalah. Percaya saya: masalah justru makin gede.

3. Lelah karena jenuh
Distraksi itu ibarat demam atau kebacok: luka dan sakitnya langsung kelihatan dari panas tubuh atau darah yang keluar. Sangat mudah melihat anak manusia yang lagi terdistraksi.

Jenuh ini lebih seperti sel kanker yang tumbuh tak terdeteksi di dalam tubuh. Tau-tau udah gede, kronis dan terlambat ditangani. Tipe ini lebih jarang dimiliki, makanya cenderung dikit yang bahas. Kejenuhan ini beda dengan bosan. Bosan lebih kepada kamu makan pecel tiap pagi, itu bosan. Kalo sebulan ngga makan pecel, nanti kamu bakal kangen lalu makan lagi tuh pecel. Sedangkan kejenuhan merupakan tipe kelelahan yang lebih rumit.

Kejenuhan ini berisi rasa sakit yang tidak terasa sakit. Coba gimana tuh?. Terkait Kutukan Kejeniusan? Menjadi murid terpandai dan terhebat di kelas justru melahirkan kelelahan psikis luar biasa karena berada di puncak itu jenuh sekali, ngga melulu bangga atau merasa keren. Sensasi ini sulit dimengerti orang luar. Kelelahan tipe ini pada dasarnya tidak bisa dihilangkan, sebab seperti sel kanker tadi, kalo udah terjangkit ya bakal selamanya terjangkit. 

Ketika kelelahan akibat kejenuhan terjadi, versi obatnya agak repot: merantau . Tempat baru, tantangan baru, itu yang orang tuaku lakukan dulu. Dalam kasusnya, itu berhasil.

Jika itu terlalu sulit, bisa pake dosis lainnya: solo traveling. Berpetualanglah sendirian ke tempat asing. Bukan ke tempat yang pernah kamu kunjung. Ini juga repot, sebab butuh biaya juga masalah keamanan apalagi cewek. Maka boleh pake dosis yang lebih mudah namun efektif: olahraga. Kelelahan ini bisa diatasi dengan olahraga fisik. Ini beneran efektif. Kalo ada duit lebih, nge-gym bisa dipilih. Kalo mau gratisan, lari aja setidaknya 3 kilometer. Bersepeda, atau maen skateboard, adrenalin dan kelelahan fisik bisa jadi obat yang cukup mujarab menghadapi kelelahan akibat kejenuhan akut.

Lelah tipe ini bisa membunuhmu dari dalam. Anak paling ajaib bisa benar-benar hancur karena ini, bukan distraksi

4. Lelah berkaitan dengan hormon
Kalo ngomong hormon, ini repot sebab sulit dikendalikan. Perempuan habis melahirkan, hormonnya bisa mengoyak emosionalnya. Ini alami dan sulit dikontrol

Jika lelah karena hormon, maka kita ngga bicara obat tertentu tapi ini tentang menghindari yang terparah. Lupakan agama, halal-haram, pesan saya untuk kalian semua: jangan pernah coba-coba deketin narkotika. Senakal-nakalnya diri, jangan pernah deketin ini

Ya termasuk zat adiktif dari minuman keras. Penjelasan mudahnya: kalo tubuhmu udah terkontaminasi zat berbahaya dari minuman atau makanan, naini, sulit. Ini sama dengan minuman atau makanan penuh gula. Jangan sampe berlebihan lah intinya kalo segala yang berurusan ama mulut. Sebab segala yang masuk ke perut, itu ada hubungannya dengan kelelahan tipe ini

Kalo udah terlanjur, obatnya apa? Konsultasi ke dokter lebih baik, sebab zat kimia perlu dilawan dengan ilmu kesehatan modern

5. Lelah mikir
Ini lelah otak. Biasa dimiliki oleh dia yang merupakan Thinker atau Conceptor. Otak juga organ fisik yang punya ambang batas tertentu dalam bekerja. Lelah ini beda dengan biasa orang bilang "Aduh otakku panas" "Capek mikir" atau semacamnya. Kalo yang seperti itu ibarat motor, mesinnya terlalu panas sehingga cukup didinginkan dengan berhenti, atau hape yang nge-lag, ya cukup direstart atau bersihkan cache

Lelah yang dimaksud ini adalah momen ketika semua pekerjaan sudah selesai, ngga mikir kerja atau tugas apapun, tapi otakmu seperti macet. Dipake mikir ngga bisa, ngga nyala idenya. Agak mirip dengan distraksi, tapi ini spesifik ke pikiran

Variasi obatnya cukup beragam: asupan kafein (seperti kopi asli/racik, bukan kopi saset ala-ala), dengerin musik, juga bermain game, ada juga yang cukup dengan makan es krim

Mudahnya, obatnya adalah sesuatu yang membuat otakmu senang. Sayangnya, ini kembali ke dirimu sendiri. 

Catatan Kapten!

Beban (Filosofi jalan raya)


Suatu hari setelah acara, saya minta satu orang untuk menulis dalam bentuk artikel apa saja yang tadi dibicarakan di acara. Dia menerima, tapi protes dulu. "Udah disuruh bikin PPT, presentasi, disuruh nulis pula".

Protesnya sangat berdasar: dia berbagi ilmu tanpa dikasih imbalan apapun. Padahal seharusnya, jika melihat isi dan kualitas materinya, seharusnya dia dapat fee jutaan per satu jamnya (jika mengikuti harga narasumber di Surabaya untuk topik serupa). Laiya, berbagi ilmu itu sulit, apalagi tidak dibayar. Sudah berbagi, tidak ada imbalan, harus menyiapkan ini itu pula. Ini berat.

"Berat" di sini bisa bermakna "Beban" yang kumaksud. Di jalan raya, ada banyak sekali kendaraan. Ada motor sampai truk berukuran raksasa. Masing-masing membawa bebannya sendiri.

Jika kamu tidak bisa nyetir mobil, maka melihat sopir truk atau sopir bus dengan ukuran kendaraan sebesar itu, tentu terpikirkan bahwa itu amat berat. Saya sendiri tidak berani jika semisal diminta jadi sopir truk atau bus, meski bisa nyetir mobil. Dalam pikiran saya, kendaraan besar itu tidak hanya sulit, tapi juga membawa "Beban" yang berat. Avanza nabrak rumah, kerusakannya tidak terlalu besar. Truk gandeng nabrak rumah?

Tapi ya bagi orang yang memang berprofesi sebagai supir truk atau bus, ya rasanya biasa saja. Selain sudah terbiasa, kemampuan mereka memang sudah mumpuni. Bagi orang yang sudah terbiasa pakai motor kopling, maka lancar saja. Jika terbiasa pakai matic tiba-tiba pakai motor kopling, akan terasa sangat sulit dan berat.

Aku dan kamu, bukan kendaraan dengan jenis yang sama. Ada yang jenis kendaraan ekonomi, ada yang pendidikan, macam-macam. "Beban" yang diemban tidak sama.

Bagi tipe kendaraan pendidik seperti saya, berbagi ilmu pengetahuan seperti di setori begini sama sekali tidak berat. Padahal, saya sudah melakukannya lima tahun lebih. Ini belum di media dan tempat lain. Jika dilihat secara objektif, tentu saja berat dan melelahkan. Tapi harus ada orang yang rela mengambil risiko untuk menjadi sopir bus, truk, dan kendaraan lain.

Merepotkan ketika "Beban" itu tidak dipahami sebagai beban, tapi kewajiban yang seolah tiada risikonya, ringan atau malah enak. Bahasa umumnya, dikasih hati minta jantung. Ngelunjak.

Truk dengan muatan berat, lajunya tentu lebih lambat dari kendaraan lain. Selain karena beban berat, juga ini berkaitan dengan keamanan kendaraan itu sendiri. Menjadi kelewatan jika kita minta truk itu melaju dengan cepat dan aman. Ya cepat, ya minta bagus, ya minta murah. Manusia kan suka gitu.

Makanya, ketahui dulu jenis kendaraan apa dirimu ini.
Permintaanku ke satu orang tadi di awal, meski dia keberatan, tapi apa yang kuminta benar karena dia adalah tipe kendaraan pendidik sepertiku. Kami ditakdirkan untuk berbagi ilmu pengetahuan, suka atau tidak. Adapun dia sedikit keberatan, itu wajar sebab lumrahnya manusia ya tidak suka capek, repot.

Akan lain cerita jika kamu lari dari tanggung jawab. Selain menyedihkan, manusia macam ini selalu kuejek dengan ejekan yang spesifik: manusia payah.





Fokus Isi


Dulu sudah pernah kujelaskan tentang Inner Power, sesuatu yang membedakan orang-orang yang kharismatik, disegani, berwibawa dengan yang tidak.
Sekarang, baca pelan-pelan.

Ini, adalah tentang "isi"
Benar, orang memang melulu menilai luarnya dulu baru dalamnya. Sampul dulu, bungkus dulu, baru nanti jika dilanjut bahas isi. Dari sini nampak banyak orang percaya bahwa orang yang gudluking pasti hidupnya lebih lancar.

Mari kita anggap itu benar, sebentar saja.
Sampul atau topeng yang dipoles sedemikian rupa, sejauh yang sudah kulihat, tidak jarang memang efektif, tapi juga seringkali gagal lalu terkuak akhirnya kalau lagi apes. Sedangkan "isi" sulit menguap ke udara lalu hilang begitu saja. Bahkan jika dibungkus rapat pun, "isi" memang tidak nampak, menjadi tersembunyi, tapi wujud "isi" tidak bisa berubah hanya karena itu dibungkus sesuatu.

Seharusnya kalian sudah tahu sendiri, betapa banyak orang yang sok pintar akhirnya ketahuan juga bodohnya. Orang yang curang ketahuan juga. Para munafik, pembohong, semuanya. Mudahnya, bangkai mau dibungkus pakai apa juga pada akhirnya tetap tercium busuknya. Wujud, entitasnya sebagai bangkai bisa disembunyikan sementara, tapi tidak bisa diubah hanya karena dibungkus dengan sesuatu yang indah. 

Bisa dimengerti ya..
Sekarang, "isi" punya dimensi yang lebih dalam.

Kubahas lain kali terkait "isi" ini. Yang ingin kusampaikan sekarang adalah: jaga, rawat dan percantik "isi" ini.

Sederhana saja: pokoknya belajar yang giat. Banyak baca, hafalan, mengisi diri dengan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin. Jika "isi" itu baik, kuat, sudah, tidak perlu ngemis penghormatan. Duduk diam saja orang bisa segan.

Fokus meng-"isi" diri sendiri.
Saya tidak bercanda. Jika "isi" itu busuk, kamu akan jatuh cepat atau lambat. Maka, bersihkan hati dari iri dengki dst. Jangan jadi orang yang mudah marah dan baperan. Jadilah disiplin, jujur, bersih dan wangi.


Pergi ke mana cita-cita itu?

Anak manusia alaminya lahir dan tumbuh besar bersama impiannya. Coba tanya anak kecil. Mereka pasti punya, terlepas apakah itu logis atau ti...