Jumat, 25 Juli 2025

Suguhan

Misal gini, saya datang ke suatu kumpulan. Di sana ada 10 orang. Lalu saya ikut duduk sambil membuka jajan yang sejak awal kubawa supaya dimakan bersama. Yang perlu dilakukan di sini sangat mendasar: makanlah jajan itu, meski hanya ambil satu biji. Justru kesalahan kalau kalian ngga ambil. Ini serius.

Yang sering terjadi, muncul rasa sungkan (atau semacamnya) yang membuat kalian tidak berani mengambil jajan itu. Yang biasa terjadi juga, kalian baru makan setelah saya (yang kasih jajan) beranjak pergi. Sekali lagi, ini kesalahan fatal.

Kenapa sungkan sering kusebut (berpotensi jadi) penyakit? Karena bisa menutupi hal yang lebih mendasar dan penting. Orang bawa sesuatu itu-dalam hal ini katakan saya bawa keripik-sejak awal sudah persiapan, beli dulu, repot-repot bawa di kantong dll,
Kalau memang saya tidak ingin keripik itu dimakan orang lain, ya kusimpan saja di kamar. Selesai.

Bawa jajan atau apa gitu, ada rasa senang ketika apa yang dibawa itu ternyata diambil dan dihabiskan. Dimensi nilah yang selama ini kalian sengaja abaikan hanya karena nuruti sungkan atau tidak sopan.

Ini berbeda dengan situasi bertamu, saya disuguhi toples isi kacang, maka saya wajib ambil secukupnya. Sedikit saja. Kalau satu toples habis kulahap sendiri, naini masalah. Kalau momennya tadi, saya datang bawa jajan, justru yang terbaik adalah kalian ambil, dibagi rata icip semua sampai habis tak bersisa.

Saya berani bertaruh, belum ada yang mengajari kalian berlaku begini. Pun jika ada pasti beberapa saja.

Yakalo yang dibawa satu kresek besar penuh jajan ya jangan dihabiskan sekaligus, berat. Caramu menghormati pemberi jajan adalah dengan memakannya. Apalagi tuh temanmu bawa sesuatu yang dia bikin sendiri, misal kue atau apapun. Makan, habiskan lalu bilang, "Wah ini enak betul...", tidak ada yang lebih menyenangkan hati dari ini.

Apakah yang bawa itu teman, keluarga atau gurumu bahkan, ya itu tadi. Tapi lihat lagi, apakah jajan itu memang dia niatkan untuk kamu bawa pulang atau dimakan di tempat. Kalau dia sampai membukakan dan mempersiapkan dengan tegas, jangan ditolak, J jangan nunggu dia pergi baru makan (ini ( justru bahaya, karena dia bisa saja berpikir kalau jajan itu tidak kamu makan, dibuang atau lainnya).

Kenapa saya bilang ini penting, karena nyaris semua orang tidak melakukannya. Jika kamu datang ke kami (yang misal ada 10 orang) sambil bawa kacang rebus satu plastik kecil, saya akan langsung menerima dan menawarkan ke 9 teman lainnya. Saya taruh tengah, dan jika belasan-puluhan menit tidak ada yang ngambil, saya akan menghabiskannya sendirian. Apakah ini tidak sopan? Yang ada, pemberi malah senang. Lagipula kacang rebus tidak tahan lama, harus segera dihabiskan.

Sekali lagi ini dalam konteks khusus ya, tadi sudah saya gambarkan di awal. Akan berbeda di momen bertamu, menjenguk orang sakit dst.

Apalagi teman sendiri, dia bawa sesuatu khusus untukmu, naini. Teman yang baik itu susah dimiliki.

Tips: nanti kalau ketemu langsung (atau juga bisa via WA), laporan bahwa makanannya enak dan dimakan habis. Berterima kasih lah dengan benar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pergi ke mana cita-cita itu?

Anak manusia alaminya lahir dan tumbuh besar bersama impiannya. Coba tanya anak kecil. Mereka pasti punya, terlepas apakah itu logis atau ti...